PERANAN TEKNOLOGI DALAM
MENINGKATKAN
PRODUKTIFITAS AYAM PEDAGING
(BROILER)
Oleh : Nadia Rahma
I.
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan ilmu
pengetahuan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein
hewani semakin tinggi, akan tetapi tingkat ketersediaannya masih belum
mencukupi. Menurut Ditjen PKH (2016) konsumsi protein hewani masyarakat
Indonesia mencapai 0,417 kg/kapita/tahun (daging sapi), 5,110 kg/kapita/tahun (daging
ayam), 0,939 l/kapita/tahun (susu) dan 99,796 kg/kapita/tahun (telur ayam). Konsumsi
daging ayam cukup diminati masyarakat Indonesia dibandingkan dengan konsumsi
daging sapi, hal tersebut terjadi karena harga daging ayam broiler relative
terjangkau dibandingkan dengan daging sapi serta kandungan nutrisi daging ayam
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Ayam
pedaging (broiler) adalah strain ayam hasil budidaya teknologi reproduksi yang
memiliki keunggulan dari segi ekonomi karena pertumbuhannya cepat sehingga
dapat dijadikan sebagai penghasil daging (Dahlan dkk., 2012). Daging ayam
merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki kandungan gizi yang
cukup baik yaitu sebagai sumber protein hewani dan sumber energy. Permintaan
terhadap daging ayam cenderung meningkat. Hal ini sesuai dengan data Badan
Pusat Statistik (2019) yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan konsumsi
daging ayam ras pada tahun 2009 – 2013 yaitu dari 0,068 kg/ kapita menjadi
0,083 kg/ kapita. Populasi
ayam broiler semakin meningkat dari tahun ke tahun dikarenakan semakin
meningkatnya pemintaan masyarakat akan daging ayam. Akan tetapi terjadi penurunan
peningkatan populasi ayam broiler pada tahun 2018 yaitu sebesar 1.891.434.612 ekor dari 1.848.731.364 pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2016 populasi
ayam broiler adalah sebesar 1.632.567. 839 (Badan Pusat Statistik, 2019). Penurunan
peningkatan populasi ini disebabkan karena beberapa faktor seperti
manajemen sistem pemeliharaan (Setiawati dkk, 2016), pakan, sistem perkandangan
dan lain sebagainya. Salah satu solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan penerapan beberapa teknologi yang dapat menunjang produktifitas
ayam broiler sehingga didapatkan keuntungan yang maksimal.
Paper ini akan menyajikan beberapa rangkuman
penelitian dan informasi mengenai teknologi-teknologi apa saja yang dapat
meningkatkan produktifitas ayam broiler sehingga dapat meningkatkan kembali peningkatan
populasi ayam broiler dan profit yang didapatkan mencapai maksimal.
PEMBAHASAN
Peranan Teknologi Pengolahan Pakan dalam Menunjang
Produktifitas Ayam Broiler
Penerapan
teknologi pengolahan pakan sangat berperan penting dalam meningkatkan
produktifitas ayam broiler. Beberapa teknologi pengolahan pakan seperti
fermentasi sudah dilakukan oleh beberapa peneliti agar dapat diterapkan oleh
peternak. Berikut adalah beberapa hasil penelitian mengenai teknologi
pengolahan pakan dalam meningkatkan produktifitas ayam broiler.
a.
Penerapan
Teknologi Fermentasi pada Pakan Ayam Broiler
·
Teknologi Fermentasi dalam pemanfaatan eceng gondok sebagai pakan ayam broiler
Eceng gondok (Eichchornia
crassipes) adalah salah satu tumbuhan air yang sering merusak lingkungan
danau dan sungai karena tumbuh dengan cepat sehingga perlu dilakukan upaya
untuk menanganinya agar tidak mengganggu dan merusak lingkungan. Salah satu alternatifnya adalah dimanfaatkan
sebagai bahan pakan ayam broiler (Mangisah dkk., 2006). Menurut Fuskhah (2000),
Eceng gondok mengandung bahan kering sekitar 7%, protein kasar 11,2%, serat
kasar 18,3, BETN 57%, Lemak kasar 0,9%, abu 12,6%; Ca 1,4%; dan P sebesar 0,3%.
Pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan pakan ayam broiler memiliki keuntungan
bagi ekosistem danau dan ayam broiler sendiri. Pemanfaatan eceng gondok sebagai
bahan pakan ayam broiler dapat dilakukan dengan melakukan pengolahan melalui
proses fermentasi eceng gondok dengan Aspergilus niger agar
dapat menghasilkan pakan yang berkualitas yang menunjang produktifitas dari
ayam broiler.
Hasil penelitian Mangisah
dkk., 2006 menunjukkan bahwa penggunaan daun eceng gondok hasil fermentasi
berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kecernaan nutrien ransum dan pertambahan
bobot badan ayam broiler. Hasil Penelitian Mangisah dkk (2006) dapat dilihat
pada Tabel 1
Tabel 1. Konsumsi dan Pertambahan Bobot Badan Harian
Ayam Broiler yang diberi Pakan
Fermentasi Eceng Gondok dengan Aspergilus niger
Keterangan :
T0
: Fermentasi daun eceng gondok dengan Aspergilus niger 0 %
T1 : Fermentasi daun
eceng gondok dengan Aspergilus niger 2.5 %
T2 : Fermentasi daun
eceng gondok dengan Aspergilus niger 5.0 %
T3 : Fermentasi daun
eceng gondok dengan Aspergilus niger 7.5 %
Pada Tabel dapat kita lihat bahwa konsumsi pakan pada
ayam broiler yang paling tinggi adalah ransum perlakuan T1 dan yaang paling
rendah adalah perlakuan T3, sedangkan pertambahan bobot badan harian pada ayam
broiler yang paling tinggi adalah pada ransum dengan T1. Untuk konversi ransum
sendiri perlakuan T1 dan T2 memberikan angka yang sama dan yang paling rendah.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan Aspergilus niger 2.5%
dan 5.0% dapat menurunkan konversi ransum ayam broiler. Konversi ransum
merupakan jumlah ransum yang
dibutuhkan oleh ternak dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pertambahan
berat badan. Artinya untuk menghasilkan berat badan sebesar 1 kg dibutuhkan
jumlah ransum sebesar 2.82 kg. Hal ini dikarenakan kandungan enzim
selulase yang dihasilkan oleh Aspergilus niger akan mendegrasi serat
kasar pada eceng gondok dan mampu merenggangkan ikatan lignoselulosa sehingga
menyebabkan penurunan serat pada eceng gondok akan tetapi penggunaan 7.5% tidak
memberikan pengaruh yang nyata dengan tanpa pemberian Aspergilus niger terhadap konversi
ransum ayam broiler.
·
Teknologi Fermentasi Ampas Kedelai dan Bungkil Inti Sawit pada pakan ayam
broiler
Salah satu upaya dilakukan untuk mengganti
penggunaan antibiotik adalah mencari imbuhan pakan alternatif seperti
pro-prebiotik. Adzima dkk (2018) telah melakukan penelitian mengenai penggunaan
Ampas Kedelai dan Bungkil Inti Sawit
yang difermentasi dengan Aspergilus niger sebagai pakan ayam broiler dimana dapat disimpulkan bahwa penggunaan
pakan fermentasi tersebut ternyata dapat dijadikan sebagai sumber probiotik
sehingga mampu meningkatkan kualitas ayam broiler dan menjamin keamanan bagi
konsumen. Hasil lebih lanjut mengatakan bahwa pemberian pakan fermentasi
tersebut ternyata mampu mempertahankan jumlah mikroba yang menguntungkan
seperti E.Coli dan mengurangi mikroba pathogen yaitu salmonella
serta mampu meningkatkan jumlah bakteri asam laktat dalam saluran
pencernaan ayam broiler.
b.
Penerapan
Teknologi Pengolahan pada Ransum Ayam
Broiler
Bentuk pakan dari ayam broiler terbagi menjadi 3 yaitu
mash, crumble dan pellet. Teknologi pengolahan pakan berupa pellet sudah banyak
dilakukan oleh beberapa peneliti dan diterapkan pada industry peternakan ayam
broiler dalam meningkatkan produktifitas ayam broiler. Hasil penlitian Chehraghi dkk (2013) terhadap aanak ayam
broiler berumur 1 hari dan dipelihara selama 4 minggu memperlihatkan hasil
bahwa ayam broiler yang diberi pakan berupa pellet memberikan pertambahan bobot
badan lebih baik dibandingkan dengan pakan berupa mash dan crumble,tetapi pakan
berupa crumble juga memberikan pertambahan bobot badan harian lebih baik
dibandingkan dengan ayam broiler yang diberikan pakan berupa mash. Hasil
penelitian lebih lanjut dapat dlihat pada Tabel 2
Tabel
2. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler yang diberi Pakan Mash,
Crumble dan Pellet pada Ayam Broiler (g/ayam/minggu)
Pada
Tabel 2 dapat dilihat bahwa ayam broiler yang diberikan pakan berupa pellet
umur 1-4 minggu memberikan rata-rata
pertambahan bobot badan harian lebih tinggi dibandingkan dengan pakan mash dan
crumble. Hal tersebut karena dapat mengefisienkan formula pakan, karena setiap
butiran pellet mengandung nutrisi yang sama, dapat menekan pemborosan pakan
akibat tumpah atau terbuang dan dapat meningkatkan selera makan pada ayam
(Ichwan, 2003).
Penerapan Teknologi Perkandangan dalam Meningkatkan Produktifitas Ayam Broiler
Ayam
broiler termasuk hewan homeothermis, ayam broiler akan berusaha mempertahankan
suhu tubuhnya dalam keadaan relative konstan antara lain melalui peningkatan
frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum serta penurunan konsumsi
ransum (Wijayanti dkk,. 2011). Suhu lingkungan di daerah tropis pada siang hari
dapat mencapai 34ºC dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan panas dalam
tubuh, sehingga ternak mengalami cekaman panas. Akibatnya, pertumbuhan ternak
menjadi lambat dan produksi menjadi rendah. Tingginya suhu lingkungan dapat
juga menyebabkan terjadinya cekaman oksidatif dalam tubuh, sehingga menimbulkan
munculnya radikal bebas yang berlebihan. Salah satu langkah dalam mengatasi
permasalahan suhu lingkungan perkandangan adalah dengan cara manipulasi
lingkungan perkandangan ayam broiler seperti menggunakan kandang sistem close
house.
Kandang
close house merupakan kandang yang
didesain secara tertutup yang dapat menjamin ternak secara biologi dengan
pengaturan ventilasi yang baik, sehingga mengurangi heat stress pada ternak. Kandang system close house dapat menjadi solusi bagi lingkungan yang beriklim
terlalu panas atau terlalu dingin dalam pemeliharaan ayam sehingga meningkatkan
kinerja ternak dalam berproduksi ( Costantino dkk., 2018).
Menurut
hasil penelitian Santoso dkk (2018) menyimpulkan bahwa peternakan ayam broiler
dengan sistem kandang tertutup (close
house) menghasilkan pendapatan yang lebih dibandingkan dengan sistem
kandang terbuka (open house). Hal ini
juga sesuai dengan hasil penelitian Ismail dkk (2016). Untuk hasil lebih lanjut
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Biaya tetap, Variabe dan Total Sistem
Perkandangan close house dan open house
Pada
Tabel 3 dapat dilihat bahwa Total Biaya kandang close house lebih tinggi dibandingkan dengan kandang openhouse, hal tersebut dikarenakan
kandang sistem close house menggunakan
peralatan yang otomatis sehingga dana yang dibutuhkan juga cukup tinggi. Akan
tetapi setelah dilakukan pemeliharaan ayam broiler ternyata kandang sistem closehouse lebih mengguntungkan, untuk
lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penerimaan dan keuntungan kandang system open
house system dan closed house system dalam 1 tahun per 1000 ekor
Penggunaan
sistem kandang close house lebih
menguntungkan karena keunggulan dari sistem perkandangan close house dimana dapat meminimumkan tingkat stres pada ayam
broiler, dengan cara mengurangi stimulasi yaitu
mengurangi kontak dengan manusia sehingga tingkat kematian pada
ayam broiler lebih rendah.
KESIMPULAN
Untuk meningkatkan produktifitas
Ayam broiler agar mencapai keuntungan yang maksimal dapat dilakukan dengan
menerapkan beberapa teknologi seperti teknologi pengolahan pakan dan teknologi
sistem perkandangan. Salah satu contoh teknologi pengolahan pakan adalah dengan
melakukan proses fermentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
pakan fermentasi seperti eceng gondok dengan Aspergilus niger dapat meurunkan nilai konversi ransum pada ayam
broiler dan fermentasi Aspergilus niger dengan ampas kedelai bungkil biji sawit pada ayam broiler
dapat meningkatkan jumlah bakteri dan BAL baik pada usus dan menekan
pertumbuhan bakteri pathogen. Selain teknologi fermentasi pada pakan ayam
broiler, penggunaan pakan berupa pellet ternyata juga memberikan pertambahan
bobot badan harian lebih baik dibandingkan dengan pakan mash dan crumble.
Sedangkan penerapan sistem kandang close house pada peternakan ayam broiler
ternyata juga memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan sistem
kandang open house.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2019. Populasi Ayam Ras
Pedaging Menurut Provinsi. https://www.bps.go.id/. Diakses 20-06-2019 Pukul 10:58 WIB
Chehraghi M., Zakeri A. and Taghinejad R. M. 2013. Effects of different
feed forms on performance in broiler chickens. European Journal of Experimental
Biology, 2013, 3(4):66-70
Dahlan, Mufiq dam S. Haqiqi. 2012. Pengaruh Tepung
Bawang Putih (Allium Sativum) Terhadap Kematian (Mortalitas) dan Berat Badan Ayam
Pedaging (Broiler) Jurnal Ternak, Vol
3(2).
Ditjen PKH. 2016. News Latter Data Makro. Konsumsi
Periode Tahun 2016. Edisi : 01/konsumsi/03/2017.
Ichwan,
W.M. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras
Pedaging. Ed I. Jakarta. PT. Agromedia Pustaka.
Mangisah, I., Tristiarti
, W. Murningsih, M.H. Nasoetion, E.S. Jayanti, dan Y. Astuti. 2006. Kecernaan
Nutrien Eceng Gondok yang Difermentasi dengan Aspergilus Niger pada Ayam Broiler. Jurnal Indon. Trop. Anim.Agric.
31 (2).
Santoso,
S.I., T. A. Sarjana and A. Setiadi. 2018. Income Analysis of Closed House Broiler Farm with Partnership Business
Model. Buletin Peternakan 42
(2): 164-169.
Setiawati, t., R. Afnan dan N. Ulupi. 2016. Performa Produksi dan Kualitas
Telur Ayam Petelur pada Sistem Litter dan Cage dengan Suhu Kandang Berbeda.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 04 (1) : 197-203.
Wijayanti R. P, W Busono dan R. Indrati. 2011.
Pengaruh Suhu Kandang yang Berbeda Terhadap Performans Ayam Pedaging Periode
Starter. Universitas Brawijaya.
Yulianty, Nani. 2013. Sistem Kandang Closed House.
Animal Husbandry Universitas Of Lampung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar