SIKLUS REPRODUKSI KUDA BETINA
Oleh : Nadia Rahma
I. PENDAHULUAN
Kuda merupakan salah satu ternak
yang mempunyai nilai ekonomis, selain sebagai sumber protein hewani kuda juga
dijadikan sebagai ternak pekerja dan digemari masyarakat Indonesia dalam
perlombaan kesenian seperti pacu kuda. Perkembangan ternak kuda di Indonesia
masih belum begitu baik. Menurut data dari Dinas Peternakan dan
Perikanan Aceh Tengah diperoleh informasi bahwa terjadi penurunan populasi kuda
yang cukup drastis dari tahun 2010-2014. Analisis eksponensial menunjukkan
bahwa ternak kuda akan terancam punah pada tahun 2037. Pengurangan jumlah
tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan daging kuda tanpa disertai
peningkatan populasi. Permasalahan ini juga berkaitan dengan pola reproduksi
pada ternak kuda. Pengetahuan
dan penelitian mengenai siklus reproduksi dan pola hormonal pada kuda masih
belum sepopuler dari pada ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan
domba.
Pola hormonal kuda betina tidak jauh
berbeda dengan ternak ruminansia, tetapi yang menarik pada kuda betina adalah
terdapat hormone khusus yang tidak terdapat pada ternak ruminansia, yaitu PMS
(Pregnant Mare Serum) yang dihasilkan oleh sel-sel khusus pada plasenta kuda
bunting. Hormon PMS ini diduga mengandung banyak FSH dan sedikit LH yang
berperan penting selama periode kebuntingan. Pada makalah ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai pola hormonal dan siklus reproduksi pada kuda betina
sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca dalam
pengembangan kuda betina.
II.
PEMBAHASAN
2.1. Kuda
Kuda (Equus caballus atau Equus
ferus caballus) adalah salah satu spesies modern mamalia dari genus
Equus. Hewan ini merupakan
salah satu hewan peliharaan
yang penting secara ekonomis dan historis, dan telah memegang peranan penting
dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda telah memainkan
peran yang luas dalam kebudayaan manusia. Hewan ini pertama kali dimanfaatkan
sebagai hewan tunggangan oleh suku-suku pengembara (nomaden) di padang rumput
dan gurun Asia Tengah dan Utara. Selain itu juga dijadikan sebagai hewan
penarik.
Berikut
adalah klasifikasi ilmiah Kuda :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Mamalia
Ordo :
Perissodactyla
Famili :
Equidae
Genus :
Equus
Spesies :
E. caballus
(Sumber : Linnaeus,
1758)
2.2. Anatomi
Fisiologi Reproduksi Kuda Betina
Anatomi Organ Reproduksi
Kuda Betina
a.
Ovarium
Ovarium
kuda betina memiliki dua fungsi yaitu, fungsi gametogenik sebagai penghasil sel
telur dan fungsi endokrin sebagai penghasil hormon reproduksi yang berperan
penting dalam keberhasilan proses reproduksi.
b.
Tuba Falopii
Tuba Fallopii pada kuda
terdapat sepasang dengan panjang 25-30 cm, berhubungan langsung dengan cornua
uteri (Morel, 2002). Tuba Fallopii dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
isthmus yang paling dekat dengan cornua uteri berdia-meter 2-5 mm, ampula yang
berdekatan dengan ovarium berdiameter 5-10 mm dan infundibulum yang berhubungan
langsung dengan ovarium. Fertilisasi terjadi di ampula tuba falopii.
c.
Uterus
Panjang badan uterus (corpus
uteri) kuda betina adalah 25 cm, tanduk 8 – 10 cm. Uterus kuda merupakan
sruktur memanjang yang menghubungkan cervix dengan tuba Fallopii. Uterus dibagi
menjadi dua bagian yaitu bagian badan atau corpus dan tanduk atau cornua.
Corpus uteri pada kuda normal panjangnya 18-20 cm dan diameter 8-12 cm. Bagian
cornua panjangnya 25 cm dengan diameter 4-6 cm pada pangkal cornua 1-2 cm pada
saat mendekati tuba Fallopii. Ukuran uterus dipengaruhi oleh usia dan seringnya
partus. Tipe uterus kuda disebut uterus simpleks bipartitus karena ukuran
corpus uteri lebih besar dari cornua uteri dengan perbandingan 60 : 40 (Morel,
2002 dalam Jamalia, 2006).
d.
Serviks
Servik kuda secara
relatif halus tetapi menjulur cukup jauh arah kaudal menuju vagina (Manan, 2002).
Cervix terletak di belakang corpus uteri, berupa dinding yang tebal, dan kuat.
Cervix berfungsi mengisolasi uterus dari lingkungan luar selama kebuntingan
dengan membentuk barrier berupa mucus yang sangat kental. Pada stadium diestrus
kuda dewasa yang tidak aktif, cervix berkontraksi sangat kuat, berwarna putih
dengan panjang 6-8 cm dan diameter 4-5 cm, sekresi cervix sedikit dengan
konsistensi kental. kondisi otot dan ukuran cervix sangat dipengaruhi oleh
perubahan homonal (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006).
e.
Vagina
Pada ternak kuda
vagina berukuran panjang 20 – 30 cm dan diameter 10 – 13 cm (Toelihere, 1985). Vagina
kuda mempunyai panjang 18-23 cm dan diameter 10-15 cm. Pada bagian dalam tubuh
vagina diselimuti oleh peritoneum dan dikelilingi jaringan ikat longgar, lemak
dan buluh darah. Vulva merupakan organ paling luar dalam saluran reproduksi.
Bagian dalam dilapisi membran mukous dan berhubungan dengan vagina. Bagian atas
vulva (dorsal comissure) berjarak 7 cm dari anus, sedangkan bagian bawah
(ventral comissure) terdapat clitoris (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006).
2.3 Siklus Reproduksi Kuda Betina
Kuda pada
umumnya memiliki siklus estrus normal 21-22 hari. Pada dasarnya aktifitas
reproduksi kuda dipengaruhi oleh photoperiod, yang berarti kuda hanya berahi
pada musim panas yang memiliki intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi.
Indonesia yang beriklim tropis, mendapat cahaya matahari sepanjang tahun. Hal
ini berarti, kuda di Indonesia dapat bersiklus estrus sepanjang tahun tanpa
manipulasi ataupun perlakuaan tertentu.
Siklus estrus merupakan periode antara ovulasi
yang berurutan dengan kisaran waktu antara 10 sampai 37 hari, rata-rata 21
sampai 22 hari. Hal yang membedakan pada siklus estrus kuda adalah
saat estrus itu sendiri yang relative lama (Blakely dan Bade, 1995). Ciri-ciri kuda estrus yaitu posisi berdiri kaki
belakang mengangkang tanda siap dinaiki pejantan, mengangkat ekor, winking atau
mengedip-ngedipkan clitoris, dan mengeluarkan urin bila
didekatkan ke pejantan. Estrus pada kuda berlangsung 4
sampai 7 hari (Toelihere, 1995), sedangkan
menurut (Blakely dan Bade, 1995), estrus berlangsung 4 sampai 6
hari. Selama estrus, selain vulva menjadi
besar dan bengkak, vulva menjadi merah,
basah, mengkilap dan ditutup dengan selaput lendir transparan
(Hafez, 1983).
Proestrus adalah fase sebelum estrus, yaitu periode dimana folikel de Graaf tumbuh dibawah pengaruh Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin bertambah. Sistem
reproduksi memulai persiapan untuk melepaskan ovum dari ovarium. Akhir proestrus
terlihat mukus yang terang, transparan dan menggantung. Proestrus pada kuda berlangsung selama 3 hari (Toelihere, 1995).
2.4. Sistem
Perkawinan
Kuda
betina hanya mau dikawinkan bila kondisi subur. Untuk mengetahuinya kuda betina
ditempatkan berdekatan dengan kuda jantan. Perkawinan yang paling mudah adalah
dipadang penggembalaan, apabila tidak menghindar sewaktu dinaiki kuda jantan
menandakan bahwa kuda betina dalam keadaan birahi.
Fertilisasi
adalah proses bertemunya sel telur kuda betina dengan sel sperma kuda jantan.
Pada Kuda proses fertilisasi terjadi di ampula tuba falopii.
2.5. Kebuntingan
Kebuntingan
merupakan periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya partus.
Pada kuda betina lama kebuntingan berkisar adalah 350 hari. Seddangkan
Evans (1977), Harper (1999) mengatakan bahwa rata-rata periode kebuntingan
ternak kuda adalah berkisar dari 335 – 340 hari.
·
Hormon yang berperan dalam periode kebuntingan pada
Kuda betina
PMS (Pregnant Mare Serum) adalah hormone yang terdapat
dalam serum bangsa equidae yang sedang bunting seperti pada kuda. PMS ini
dibentuk pada jaringan plasenta yang dihasilkan oleh sel-sel epitel lapisan
dalam dari lumen uterus dan lumen kelenjar uterus. Hormon ini ditemukan pada
kuda bunting dengan usia kebuntingan 40 hari dan kadarnya meningkat terus
menerus, pada hari ke 65 kadarnya menurun. PMS ini mengandung banyak unsur daya
kerja FSH dan sedikit LH. Fungsi PMS dalam kuda bunting adalah meransnag
ovarium untuk membentuk folikel-folikel baru, folikel ini akan tumbuh dan
ovulasi sehingga membentuk korpus luteum (CL) dimana CL ini akan berperan
menghasilkan progesterone. Selanjutnya PMS juga merangsang sel techa dan
intertisial pada ovarium sehingga meningkatkan kadar estrogen yang diperlukan
untuk mempekakan uterus dan ligamentum pelvis terhadap oxitosin dan relaksin
menjelang partus.
Pada pertengahan
kebuntingan, fetus kuda telah kuat dan dapat bertahan hidup sampai lahir, pada
saat ini produksi PMS sudah sangat menurun, saat ini FS dan LH dari hipofisa
anterior berperan dalam meransang ovarium dan plasenta untuk dapat membentuk
estrogen, sebab kadar estrogen dalam darah kuda bunting ini tetap tinggi sampai
menjelang akhir kebuntingan.
2.6. Kelahiran
Kelahiran adalah proses
fisiologik dimana uterus yang bunting mengeluarkan anak dan plasenta, melalui
saluran kelahiran. Proses kelahiran ditunjang oleh perejanan kuat dari urat
daging uterus, perut dan diafragma. Sebelum kelahiran terjadi perlu dikenali
beberapa tanda-tanda akan datangnya kelahiran (Partodihardjo, 1982).
Tanda-tanda
itu misalnya: induk hewan gelisah, ligament pada daerah sekitar panggul dan
pangkal ekor merileks, eodema pada vulva, lendir sumbat serviks mencair,
kolostrum telah menjadi cair dan mudah dipencet keluar dari puting susu. Namun
demikian, saat dan intensitas tanda-tanda yang disebutkan itu dari hewan ke
hewan tidak selalu sama termasuk pada kuda betina (Partodihardjo, 1982)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar