Daftar Blog Saya

Senin, 02 Agustus 2021

SISTEM HORMONAL DAN SIKLUS REPRODUKSI PADA KUDA BETINA

SIKLUS REPRODUKSI KUDA BETINA

 Oleh : Nadia Rahma



I.                   PENDAHULUAN

Kuda merupakan salah satu ternak yang mempunyai nilai ekonomis, selain sebagai sumber protein hewani kuda juga dijadikan sebagai ternak pekerja dan digemari masyarakat Indonesia dalam perlombaan kesenian seperti pacu kuda. Perkembangan ternak kuda di Indonesia masih belum begitu baik. Menurut data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Aceh Tengah diperoleh informasi bahwa terjadi penurunan populasi kuda yang cukup drastis dari tahun 2010-2014. Analisis eksponensial menunjukkan bahwa ternak kuda akan terancam punah pada tahun 2037. Pengurangan jumlah tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan daging kuda tanpa disertai peningkatan populasi. Permasalahan ini juga berkaitan dengan pola reproduksi pada ternak kuda. Pengetahuan dan penelitian mengenai siklus reproduksi dan pola hormonal pada kuda masih belum sepopuler dari pada ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba.

Pola hormonal kuda betina tidak jauh berbeda dengan ternak ruminansia, tetapi yang menarik pada kuda betina adalah terdapat hormone khusus yang tidak terdapat pada ternak ruminansia, yaitu PMS (Pregnant Mare Serum) yang dihasilkan oleh sel-sel khusus pada plasenta kuda bunting. Hormon PMS ini diduga mengandung banyak FSH dan sedikit LH yang berperan penting selama periode kebuntingan. Pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pola hormonal dan siklus reproduksi pada kuda betina sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca dalam pengembangan kuda betina.


 

II.                PEMBAHASAN

2.1.       Kuda

Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini merupakan salah satu hewan peliharaan yang penting secara ekonomis dan historis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda telah memainkan peran yang luas dalam kebudayaan manusia. Hewan ini pertama kali dimanfaatkan sebagai hewan tunggangan oleh suku-suku pengembara (nomaden) di padang rumput dan gurun Asia Tengah dan Utara. Selain itu juga dijadikan sebagai hewan penarik.


Berikut adalah klasifikasi ilmiah Kuda :

Kingdom         : Animalia

Filum               : Chordata

Kelas               : Mamalia

Ordo                : Perissodactyla

Famili              : Equidae

Genus              : Equus

Spesies            : E. caballus

(Sumber : Linnaeus, 1758)

2.2.       Anatomi Fisiologi Reproduksi Kuda Betina

Anatomi Organ Reproduksi Kuda Betina


a.              Ovarium

Ovarium kuda betina memiliki dua fungsi yaitu, fungsi gametogenik sebagai penghasil sel telur dan fungsi endokrin sebagai penghasil hormon reproduksi yang berperan penting dalam keberhasilan proses reproduksi.

b.             Tuba Falopii

Tuba Fallopii pada kuda terdapat sepasang dengan panjang 25-30 cm, berhubungan langsung dengan cornua uteri (Morel, 2002). Tuba Fallopii dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu isthmus yang paling dekat dengan cornua uteri berdia-meter 2-5 mm, ampula yang berdekatan dengan ovarium berdiameter 5-10 mm dan infundibulum yang berhubungan langsung dengan ovarium. Fertilisasi terjadi di ampula tuba falopii.

c.              Uterus

Panjang badan uterus (corpus uteri) kuda betina adalah 25 cm, tanduk 8 – 10 cm. Uterus kuda merupakan sruktur memanjang yang menghubungkan cervix dengan tuba Fallopii. Uterus dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian badan atau corpus dan tanduk atau cornua. Corpus uteri pada kuda normal panjangnya 18-20 cm dan diameter 8-12 cm. Bagian cornua panjangnya 25 cm dengan diameter 4-6 cm pada pangkal cornua 1-2 cm pada saat mendekati tuba Fallopii. Ukuran uterus dipengaruhi oleh usia dan seringnya partus. Tipe uterus kuda disebut uterus simpleks bipartitus karena ukuran corpus uteri lebih besar dari cornua uteri dengan perbandingan 60 : 40 (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006).

d.             Serviks

Servik kuda secara relatif halus tetapi menjulur cukup jauh arah kaudal menuju vagina (Manan, 2002). Cervix terletak di belakang corpus uteri, berupa dinding yang tebal, dan kuat. Cervix berfungsi mengisolasi uterus dari lingkungan luar selama kebuntingan dengan membentuk barrier berupa mucus yang sangat kental. Pada stadium diestrus kuda dewasa yang tidak aktif, cervix berkontraksi sangat kuat, berwarna putih dengan panjang 6-8 cm dan diameter 4-5 cm, sekresi cervix sedikit dengan konsistensi kental. kondisi otot dan ukuran cervix sangat dipengaruhi oleh perubahan homonal (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006).

e.              Vagina

Pada ternak kuda vagina berukuran panjang 20 – 30 cm dan diameter 10 – 13 cm (Toelihere, 1985). Vagina kuda mempunyai panjang 18-23 cm dan diameter 10-15 cm. Pada bagian dalam tubuh vagina diselimuti oleh peritoneum dan dikelilingi jaringan ikat longgar, lemak dan buluh darah. Vulva merupakan organ paling luar dalam saluran reproduksi. Bagian dalam dilapisi membran mukous dan berhubungan dengan vagina. Bagian atas vulva (dorsal comissure) berjarak 7 cm dari anus, sedangkan bagian bawah (ventral comissure) terdapat clitoris (Morel, 2002 dalam Jamalia, 2006).


2.3       Siklus Reproduksi Kuda Betina

Kuda pada umumnya memiliki siklus estrus normal 21-22 hari. Pada dasarnya aktifitas reproduksi kuda dipengaruhi oleh photoperiod, yang berarti kuda hanya berahi pada musim panas yang memiliki intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi. Indonesia yang beriklim tropis, mendapat cahaya matahari sepanjang tahun. Hal ini berarti, kuda di Indonesia dapat bersiklus estrus sepanjang tahun tanpa manipulasi ataupun perlakuaan tertentu.

Siklus estrus merupakan periode antara ovulasi yang berurutan dengan kisaran waktu antara 10 sampai 37 hari, rata-rata 21 sampai 22 hari. Hal  yang membedakan pada siklus estrus kuda adalah saat  estrus itu sendiri yang relative lama (Blakely dan Bade, 1995). Ciri-ciri kuda estrus yaitu posisi berdiri kaki belakang mengangkang tanda siap dinaiki pejantan, mengangkat ekor, winking atau mengedip-ngedipkan clitoris, dan mengeluarkan urin bila didekatkan ke pejantan. Estrus pada kuda berlangsung  4  sampai  7  hari  (Toelihere,  1995),  sedangkan  menurut  (Blakely dan Bade, 1995), estrus berlangsung 4 sampai 6 hari.  Selama  estrus,  selain  vulva menjadi  besar  dan  bengkak,  vulva  menjadi  merah,  basah,  mengkilap  dan ditutup dengan selaput lendir transparan (Hafez, 1983).

   Proestrus  adalah  fase  sebelum  estrus,  yaitu  periode  dimana  folikel  de Graaf  tumbuh  dibawah  pengaruh  Folikel  Stimulating  Hormon  (FSH)  dan menghasilkan sejumlah  estradiol  yang semakin  bertambah. Sistem reproduksi memulai  persiapan  untuk  melepaskan  ovum  dari  ovarium.  Akhir  proestrus terlihat mukus yang terang, transparan dan menggantung. Proestrus pada kuda  berlangsung selama 3 hari (Toelihere, 1995).  

2.4.        Sistem Perkawinan

Kuda betina hanya mau dikawinkan bila kondisi subur. Untuk mengetahuinya kuda betina ditempatkan berdekatan dengan kuda jantan. Perkawinan yang paling mudah adalah dipadang penggembalaan, apabila tidak menghindar sewaktu dinaiki kuda jantan menandakan bahwa kuda betina dalam keadaan birahi.

Fertilisasi adalah proses bertemunya sel telur kuda betina dengan sel sperma kuda jantan. Pada Kuda proses fertilisasi terjadi di ampula tuba falopii.

2.5.      Kebuntingan

Kebuntingan merupakan periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya partus. Pada kuda betina lama kebuntingan berkisar adalah 350 hari. Seddangkan Evans (1977), Harper (1999) mengatakan bahwa rata-rata periode kebuntingan ternak kuda adalah berkisar dari 335 – 340 hari.

·                Hormon yang berperan dalam periode kebuntingan pada Kuda betina

PMS (Pregnant Mare Serum) adalah hormone yang terdapat dalam serum bangsa equidae yang sedang bunting seperti pada kuda. PMS ini dibentuk pada jaringan plasenta yang dihasilkan oleh sel-sel epitel lapisan dalam dari lumen uterus dan lumen kelenjar uterus. Hormon ini ditemukan pada kuda bunting dengan usia kebuntingan 40 hari dan kadarnya meningkat terus menerus, pada hari ke 65 kadarnya menurun. PMS ini mengandung banyak unsur daya kerja FSH dan sedikit LH. Fungsi PMS dalam kuda bunting adalah meransnag ovarium untuk membentuk folikel-folikel baru, folikel ini akan tumbuh dan ovulasi sehingga membentuk korpus luteum (CL) dimana CL ini akan berperan menghasilkan progesterone. Selanjutnya PMS juga merangsang sel techa dan intertisial pada ovarium sehingga meningkatkan kadar estrogen yang diperlukan untuk mempekakan uterus dan ligamentum pelvis terhadap oxitosin dan relaksin menjelang partus.

            Pada pertengahan kebuntingan, fetus kuda telah kuat dan dapat bertahan hidup sampai lahir, pada saat ini produksi PMS sudah sangat menurun, saat ini FS dan LH dari hipofisa anterior berperan dalam meransang ovarium dan plasenta untuk dapat membentuk estrogen, sebab kadar estrogen dalam darah kuda bunting ini tetap tinggi sampai menjelang akhir kebuntingan.  

2.6.       Kelahiran

Kelahiran adalah proses fisiologik dimana uterus yang bunting mengeluarkan anak dan plasenta, melalui saluran kelahiran. Proses kelahiran ditunjang oleh perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma. Sebelum kelahiran terjadi perlu dikenali beberapa tanda-tanda akan datangnya kelahiran (Partodihardjo, 1982).

Tanda-tanda itu misalnya: induk hewan gelisah, ligament pada daerah sekitar panggul dan pangkal ekor merileks, eodema pada vulva, lendir sumbat serviks mencair, kolostrum telah menjadi cair dan mudah dipencet keluar dari puting susu. Namun demikian, saat dan intensitas tanda-tanda yang disebutkan itu dari hewan ke hewan tidak selalu sama termasuk pada kuda betina  (Partodihardjo, 1982)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SISTEM HORMONAL DAN SIKLUS REPRODUKSI PADA KUDA BETINA

SIKLUS REPRODUKSI KUDA BETINA  Oleh : Nadia Rahma I.                    PENDAHULUAN Kuda merupakan salah satu ternak yang mempunyai nilai ...